Musim Kemarau Tiba, BMKG Ingatkan Hujan Sore Hari Melanda

Foto: Sejumlah pengendara berteduh saat hujan deras dan angin kencang di kawasan Sudirman, Jakarta, Selasa (4/6/2024). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi hujan masih akan melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Meski, berdasarkan jumlah ZOM, sebanyak 45% wilayah Indonesia masuk musim kemarau.

Dalam Prospek Cuaca Mingguan untuk periode 23-29 Juli 2024, Pusat Meteorologi Publik BMKG mengungkapkan, wilayah Indonesia khususnya bagian selatan masih berada pada periode musim kemarau. Bahkan, beberapa wilayah di Indonesia bagian selatan disebutkan sudah memasuki puncak musim kemarau.

“Sejak tiga hari terakhir, cuaca cerah mendominasi hampir di seluruh pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra bagian selatan, Kalimantan bagian selatan, dan Sulawesi bagian selatan,” tulis BMKG, dikutip Rabu (24/7/2024).

“Kondisi ini merupakan hal yang lazim terjadi di bulan Juli. Mengingat secara umum wilayah Indonesia bagian selatan berada dalam periode puncak kemarau,” sebut BMKG.

Namun, dalam kondisi tersebut, berdasarkan hasil pembaruan per 22 Juli 2024 pukul 14.00 WIB mengungkapkan akan adanya potensi hujan yang bakal terjadi di sejumlah wilayah Indonesia.

“Meski demikian, dalam sepekan ke depan, terdapat peningkatan potensi hujan pada sore hari di beberapa wilayah. Seperti Kalimantan, Sulawesi, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara,” sebut BMKG.

“Hal ini dipengaruhi oleh pelemahan monsun Australia. Sehingga area massa udara kering dari selatan Indonesia bergeser hingga ke selatan Pulau Jawa. Selain itu faktor pemanasan skala lokal memberikan pengaruh cukup signifikan dalam proses pengangkatan massa udara dari permukaan bumi ke atmosfer,” terang BMKG.

Menurut BMKG, hasil analisis dan pantauan menunjukkan, dalam sepekan terakhir curah hujan di wilayah Indonesia bagian selatan masih cukup minim sejak tanggal 16-22 Juli 2024. Dan tidak terpantau adanya hujan dengan intensitas lebat – sangat lebat (di atas 100 mm).

“Dalam skala global, nilai IOD, SOI, dan Nino 3.4 tidak signifikan terhadap peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia. MJO berada pada fase netral tidak berkontribusi terhadap pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia,” ungkap BMKG.

Sementara itu, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diprakirakan aktif di Sumatra bagian utara (Aceh hingga Riau), Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi hingga Papua sejak 25 Juli hingga awal Agustus 2024.

Juga, gelombang Kelvin diprakirakan aktif di sebagian besar Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Maluku Utara pada tanggal 23 – 24 Juli 2024. Kemudian cenderung bergeser ke arah timur.

“Faktor-faktor ini mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut,” tulis BMKG.

Imbauan BMKG Tips Menghadapi Musim Kemarau 2024

Dalam menghadapi musim kemarau, masyarakat diimbau untuk:

  • menggunakan air dengan bijaksana dan hemat akibat rendahnya curah hujan yang mengisi sumber-sumber air
  • hindari membuka lahan dengan membakar, terutama pada daerah hutan yang bertanah gambut akibat mudah terbakar dan sulit dimatikan
  • lindungi diri dari suhu dingin dengan mengenakan pakaian hangat, terutama pada malam dan dini hari saat suhu turun drastis. Gunakan selimut atau penghangat ruangan jika diperlukan
  • bagi petani, disarankan untuk melindungi tanaman yang sensitif terhadap suhu rendah dengan menggunakan mulsa, rumah kaca, atau pemanas
  • waspada terhadap potensi jalan licin akibat embun beku yang terbentuk pada malam hari di daerah yang mengalami bediding ekstrem
  • lindungi diri dari paparan langsung sinar matahari dan menghindari aktivitas luar ruangan terutama pada jam-jam terpanas (pukul 11 hingga 15)
  • senantiasa menjaga kondisi stamina tubuh dan kecukupan cairan tubuh, terutama bagi
    warga yang beraktivitas di luar ruangan pada siang hari supaya tidak terjadi dehidrasi, kelelahan dan dampak buruk lainnya
  • siapkan rencana darurat untuk menghadapi kemungkinan krisis air selama musim kemarau, termasuk penyediaan cadangan air minum dan peralatan penyaringan air
  • waspada dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi di beberapa wilayah seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang
  • khusus untuk daerah bertopografi curam/bergunung/tebing atau rawan longsor dan banjir agar tetap waspada terhadap dampak yang ditimbulkan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, jalan licin, pohon tumbang dan berkurangnya jarak pandang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*